Minggu, 11 Desember 2016

Membangun karakter dari kajian filsafat

Membangun karakter dari kajian filsafat
Dalam upaya membentuk karakter bangsa yang bermartabat, peran ilmu pendidikan sangat penting, karena dalam ilmu pendidikan kita dapat menemukan banyak konsep maupun teori pendidikan yang dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan seluruh potensi kemanusiaan termasuk karakter atau wataknya. Dalam Ilmu pendidikan juga dijelaskan bagaimana pendidikan itu sebaiknya dilaksanakan. Benarkah pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan, utamanya dalam membentuk watak bangsa yang bermartabat? Pendidikan yang bagaimana yang dapat membentuk karakter bangsa yang bermartabat itu? Plato memiliki gagasan tentang pendidikan. Gagasannya tentang pendidikan sebenarnya untuk menjawab persoalan bagaimana menimbang dan memilih para penjaga negara yang tidak hanya beringas dan sewenang-wenang terhadap sesama warga negara, tetapi juga yang tidak membahayakan eksistensi negara itu sendiri? Secara singkat, siapa “yang cocok” untuk menjadi penjaga negara? Dari pertanyaan tersebut kemudian disepakati bahwa para penjaga harus dipilih, dan kriteria untuk memilihnya adalah mereka yang berindera tajam, cekatan dalam memahami segala persoalan, kuat, berani, dan memiliki jiwa yang bersemangat. Di sini lalu timbul pertanyaan, bagaimana dapat diperoleh para penjaga dengan sifat-sifat semacam ini? Salah satu jawabannya adalah melalui pendidikan. Menurut Plato, pendidikan adalah alat pembentukan karakter, baik bagi para penjaga maupun bagi seluruh warga negara
Proses pembentukan karakter atau kepribadian terdiri atas tiga taraf, yaitu pertama, pembiasaan. Tujuannya untuk membentuk aspek kejasmanian dari kepribadian, atau memberi kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu (pengetahuan hafalan). Contohnya antara lain membiasakan puasa dan sholat. Kedua, pembentukan pengertian, sikap, dan minat. Setelah melakukan pembiasaan, selanjutnya seseorang diberi pengertian atau pengetahuan tentang amalan yang dikerjakan dan diucapkan. Ketiga, pembentukan kerohaniyahan yang luhur. Pembentukan ini menanamkan kepercayaan yang ada pada rukun iman. Hasilnya seseorang akan lebih mendalami apa yang dilakukan atau diucapkan sehingga meningkatkan tanggungjawab terhadap apa yang dikerjakan.
Karakter dapat terbentuk dalam diri seseorang harus melalui tahap-tahap tertentu, diantara yaitu:
a.         Learning to know
Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam pendidikan karakter. Dalam tahapan ini tujuan diorientasikan pada penguasaan pengetahuan tentang nilai-nilai. Siswa harus mampu: a) membedakan nilai-nilai akhlak mulia dan akhlak tercela serta nilai-nilai universal; b) memahami secara logis dan rasional pentingnya akhlak mulia dan bahaya akhlak tercela dalam kehidupan; c) mengenal sosok Nabi Muhammad SAW sebagai figur teladan akhlak mulia melalui hadits-hadits dan sunahnya.
b.         Moral Feeling
Konsep ini mencoba membangkitkan rasa cinta anak untuk melakukan perbuatan baik. Di sini anak dilatih untuk merasakan efek dari perbuatan baik yang dia lakukan. Jika moral feeling sudah tertanam, itu akan menjadi ‘mesin’ atau kekuatan luar biasa dari dalam diri seseorang untuk melakukan kebaikan atau menghindarkan perbuatan negatif.
c.         Learning to do
Pada tahap ini, anak dilatih untuk berbuat mulia. Tanpa melakukan apa yang sudah diketahui atau dirasakan oleh seseorang, tidak akan ada artinya selama ini hanya himbauan saja, padahal berbuat sesuatu yang baik itu harus dilatih, dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Ketiga tahapan tersebut harus dilatih secara terus menerus hingga menjadi kebiasaan. Konsep yang dibangun, adalah habit of the mind, habit of the heart, dan habit of the hands. Karakter juga menjadi kunci utama sebuah bangsa untuk bisa maju. Indonesia yang kaya dengan sumber daya alam, tidak akan maju jika sumber daya manusia (SDM) tidak berkarakter, tidak jujur, tidak bertanggungjawab, tidak mandiri, serta tidak jujur.
Sumber:
Anna Farida. Pilar-pilar Pembangunan Karakter Remaja. 2014.
Bakhtiar, Amsal. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Press.
Chairinniza graha.Keberhasilan anak ditangan orang tua,2007.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar