Minggu, 11 Desember 2016

Peran Filsafat Menghadapi Masa Depan

Peran Filsafat Menghadapi Masa Depan

Filsafat merupakan induk dari ilmu. Filsafat adalah mariner yang merupakan pioner dari ilmu,baik ilmu alam maupun ilmu sosial. Filsafat membawa manusia untuk berpikir ilmiah untuk mecari kebenaran tentang apa-apa yang ada di alam semesta. Sir Francis Bacon dalam Mufid menyatakan bahwa filsafat adalah induk agung dari ilmu-ilmu. Tugas filsafat menurut Socrates (dalam Suriasumantri) bukan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul di dalam kehidupan, melainkan mempersoalkan jawaban yang diberikan. Kemajuan manusia dalam berfilsafat bukan saja diukur dari jawaban yang diberikan, namun juga dari pertanyaan yang diberikan. Filsafat mempelajari masalah sedalam-dalamnya, dan hasil kajiannya merupakan dasar eksistensi ilmu.
Sesuatu dikatakan ilmu jika bersifat pengetahuan yang sistematis, dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mempunyai aturan-aturan, mempunyai metode-metode, dapat dipertanggung jawabkan, dan tentunya berguna bagi manusia itu sendiri. Menurut Suriasumantri ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan ilmu itu dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya. Filsafat sebagai landasan berpikir manusia akan alam semesta, mempengaruhi apa-apa yang akan dilakukan oleh manusia itu sendiri. Kegiatan-kegiatan yang bersifar keilmuan dilandasi oleh filsafat, sehingga filsafat memberikan pengaruh besar terhadap penyelesaian berbagai masalah yang terjadi. ilmu berasal dari filsafat sebagai induk dari semua ilmu dan pengetahuan yang berdasarkan pada kekaguman atau keheranan yang mendorong rasa ingin tahu untuk menyelidikinya, kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan
Dalam perkembangannya, filsafat banyak memberikan kontribusi besar terhadap penemuan-penemuan baru atau ilmu-ilmu baru. Sebut saja filosof Thales yang mengkaji asal usul alam. Dia mengatakan alam berasal dari air, karena menurut pemikirannya air adalah unsur penting dalam kehidupan. Filosof lainnya, Pythagoras berpendapat bahwa bilangan adalah unsur utama dari alam dan menjadi ukurannya, sehingga ia menciptakan rumus-rumus dalam matematika. Puncaknya yaitu filosof Aristoteles yang menyatukan filsafat dalam satu sistem yaitu logika, matematika, fisika, dan metafisika. Di kalangan filosof islam, sebut saja ibnu sina yang memberikan kontribusi besar terhadap dunia kedokteran. Al Farabi dalam bukunya yang sudah diterjemahkan ke bahasa Eropa, De Divisione Philosophae.  Buku ini banyak membahas ilmu-ilmu baru yaitu ilmu kimia, optik, dan geologi. Ibnu khaldun juga filosof yang berkontribusi pada ilmu geometri, trigonometri, surveying tanah, dan optik.
Perkembangan ilmu begitu luas yang di dalamnya tentu terdapat campur tangan filsafat. Filsafat memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan zaman. Tanpa filsafat, maka manusia hanya akan mengenal alam yang itu-itu saja. Tidak ada ilmu baru, pengetahuan itu-itu saja, hanya mengandalkan mitos. Tanpa filsafat, tidak mungkin ada internet, komputer, lampu, listrik, televisi, handphone, dan lain sebagainya. Bahkan bisa dikatakan, bahwa kemajuan atau perkembangan dunia ini sangat dipengaruhi filsafat, karena filsafat lah yang melahirkan ilmu untuk kepentingan manusia. Namun, di abad modern sekarang ini, beberapa masalah muncul dan bahkan merugikan manusia itu sendiri.   .
Ilmu memang terus berkembang dan berkembang tiada batas. Dalam dunia pendidikan misalnya, muncul ilmu baru yakni multiple intellegence yang dipopulerkan oleh Howard Gardner pada 1970-1980-an. Ilmu mendorong manusia untuk menciptakan sesuatu yang baru berupa teknologi. Teknologi nantinya diharapkan membantu manusia itu sendiri dalam kegiatannya. Dengan kata lain, menguntungkan manusia. Contohnya saja, teknologi nuklir. Pada dasarnya teknologi ini dibuat agar membantu manusia, baik untuk memenuhi kebutuhan listrik, dan lainnya. Namun di tangan ilmuan yang tidak memperdulikan moral, maka teknologi ini pada akhirnya justru digunakan untuk menghancurkan manusia itu sendiri. 
Di bidang informasi, ilmu informatika begitu berkembang pesat akhir-akhir ini. Munculnya smartphone (ponsel pintar)  merupakan inovasi dari teknologi informatika. Smartphone yang pada dasarnya dibuat membantu manusia melakukan pekerjanaan-pekerjaan agar lebih efektif dan efisien. Namun kenyataannya, di tangan siswa pelajar atau anak muda, justru menjadi “pembunuh” sikap sosialis. Interaksi secara langsung menjadi berkurang, karena asyik ber “media sosial” di dunia maya dengan smartphonenya itu. Alhasil sikap-sikap sosial terus semakin berkurang, dan kepedulian terhadap sekitar semakin berkurang pula. Bahkan sudah mencapai tingkat memprihatinkan. Siswa menjadi tidak fokus dalam belajar, alhasil hasil belajarnya menjadi menurun.
Dalam dunia medis, ilmu kedokteran begitu maju pesat. Salah satunya adalah teknologi merubah kelamin. Dahulu, orang berpikir, tidak akan mungkin manusia bisa mengganti kelamin. Namun, seiring berkembangnya ilmu, maka sesuatu yang dahulunya tidak mungkin menjadi mungkin. Teknologi ini dianggap kontroversi lantaran merubah kelamin merupakan melanggar takdir Tuhan, mempermainkan ciptaan Tuhan dan lain sebagainya. Dalam dunia kimia, dengan ilmu manusia bisa membuat sintesis (tiruan) warna, rasa, bau, dan sebagainya. Sintesis ini tentunya digunakan untuk meringankan manusia akan ketergantungan dengan sumber daya alam. Namun, di tangan oknum yang tidak bertaggung jawab, sistesis yang diberikan/ditambahkan pada makanan, minuman, atau sejenisnya melebihi batas normal, sehingga sangat merugikan manusia itu sendiri.  
Dalam bidang fisika, sekarang sedang dikembangkan bagaimana suatu objek bisa menghilang. Dahulu, ini mungkin hanya ada dalam mitos atau film fiksi ilmiah. Namun, kemungkinan tidak lama lagi, jika penelitian berhasil, maka menghilang bukanlah suatu yang mustahil. Dalam bidang biologi, khususnya rekayasa genetik, manusia bisa menumbuhkan embrio (calon bayi) dari sel manapun bagian dari tubuh inang. Sedangkan sebelumnya, manusia hanya mengenal, bahwa embrio hanya akan ada, jika bertemuanya sel telur dan sperma. Ini semua adalah hasil dari pemikiran atau berfilsafat manusia, sehingga hasil pemikiran tersebut menjadi pengetahuan, dan kemudian ke tahap yang lebih sistematis, yaitu ilmu. Ilmu mampu mengubah wajah dunia, sehingga bisa dikatakan bahwa masa depan dunia, bermula dari filsafat.
Ada pernyataan kontroversial yang dilontarkan oleh seorang fisikawan yang terkenal abad modern, yaitu Steven Hawking. Belum lama ini ia mengatakan bahwa ilmu lebih pasti dari pada Tuhan. Tentu pernyataan beliau ini begitu membuat masyarakat atau bahkan ilmuan sekalipun tercengang. Pernyataan beliau tentunya melukai atau membuat geram orang-orang yang percaya terhadap Tuhan yang memang diyakini oleh hampir seluruh umat manusia. Ia juga mengatakan bahwa pikiran manusia tiada batas. Ia seolah-olah memandang bahwa ilmu itu ada bukan karena Tuhan. Ilmu adalah suatu bentuk ciptaan Tuhan. Manusia tidak menciptakan ilmu, melainkan mengungkapkan dan mencari ilmu. Tentunya ini bertentangan dengan pendapat para filosof yang meyakini bahwa ilmu berasal dari wahyu (perkataan Tuhan yang disampaikan kepada utusan). Nampaknya ia terlena dengan konsep bahwa ilmu hanya diperoleh lewat pengalaman (empiris). Sebenarnya sah-sah saja ia mengatakan bahwa ilmu lebih pasti daripada Tuhan, namun pernyataan ini menjadi bumerang baginya, karena menentang jutaan atau mungkin miliyaran kepercayaan manusia.
Sumber-sumber ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh filsafat, hendaknya dijalankan secara bersamaan. Artinya tidak bisa hanya merujuk pada satu sumber. Bagian-bagian ilmu yang tiga (ontologi, epistmologi, dan aksiologi) mestinya juga dipahami dengan baik.ontologi berusaha untuk menjawab “apa”, epistemologi berusaha bagaimana cara mendapatkan pengetahuan, sedangkan yang tidak kalah penting adalah aksiologi yang menyatakan guna/manfaat dari ilmu itu sendiri yang bernilai mencakup di dalamnya etika dan estetika.
Filsafat mengajarkan manusia mencari pengetahuan berupa kebenaran  yang tetap berlandaskan pada etika, melihat baik buruk akibatnya.

Ada beberapa Tantangan–Tantangan Yang Dihadapi Masa Depan

1.         Pendidikan Global
2.         Perubahan Global
3.         Kesenjangan Kemajuan IPTEK dan Prestasi Pendidikan serta HDI
4.         Perubahan tata kehidupan
5.         Kependudukan Dan Ketenagakerjaaan

Sumber:
Zainal Abidin, memahami manusia melalui  filsafat.
Suriasumantri, Jujun S. 1983. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta : PT. Gramedia.
Faizah, Hasnah AR. 2011. Filsafat Ilmu. Pekanbaru : Cendekia Insani.
Faizah, Hasnah AR. 2011. Filsafat Ilmu. Pekanbaru : Cendekia Insani.
Bakhtiar, Amsal. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Press

Rahman,abdul.wacana filsafat ilmu. Terbitan pertama 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar