Minggu, 11 Desember 2016

Problematika Filsafat Etika

Persoalan moralitas dalam hubungannya dengan interaksi antar manusia merupakan persoalan utama pada zaman ini. Beberapa persoalan krusial yang muncul, antara lain adalah bagaimana manusia harus bersikap menghadapi perkembangan teknologi yang pesat pada abad ini, bagaimana bangsa-bangsa dunia menghadapi pemanasan global, bagaimana harus memlihara perdamaian secara bersama-sama dalam masyarakat yang sangat plural. Semua itu masuk ke dalam problematika etika yang perlu dipikirkan dengan segera. Kenyataan yang ada pada saat ini bahwa kemajuan teknologi informasi telah berkembang lebih cepat dari pada pemahaman terhadap nilai-nilai. 

Menurut K. Bertens, (2007:31), situasi etis pada zaman modern ini ditandai oleh tiga ciri antara lain: 1) adanya pluralitas moral; 2) munculnya masalah-masalah etis baru yang sebelumnya tidak ada; 3) munculnya kesadaran baru di tingkat dunia yang nampak jelas dengan adanya kepedulian etis yang universal. Maka dari itu setidaknya terdapat empat alasan perlunya etika pada zaman ini (Franz magnis Suseno, 1993: 15).

Pertama, individu hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistik, termasuk di dalamnya di bidang moralitas. 

Kedua, pada saat ini individu berada dalam pusaran transformasi masyarakat yang berlangsung sangat cepat. Gelombang modernisasi membawa perubahan yang mengenai semua segi kehidupan.

Ketiga, bahwa proses perubahan sosial, budaya dan moral yang terjadi ini sering dipergunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk memancing dalam air keruh. 

Keempat, etika juga diperlukan oleh kaum agamawan.

Pribadi-pribadi manusia selalu mengadakan pertimbangan terhadap tingkah laku mereka sendiri dan tingkah laku orang lain. Terdapat tindakan-tindakan yang disetujui dan dinamakan benar atau tidak. Tindakan-tindakan lain dicela atau tidak disetujui dinamakan salah atau jahat. Pertimbangan moral berhadapan dengan tindakan manusia, yang bebas. Tindakan-tindakan yang tidak bebas, yang pelakunya tidak dapat mengontrol perbuatannya, tidak dihubungkan dengan pertimbangan moral, karena seseorang dianggap tidak dapat bertanggungjawab terhadap tindakannya yang tidak dikehendaki.

Dari paparan di atas jelas bahwa persoalan etika adalah sebagai berikut: Pertama, terdapat penyelidikan yang dinamakan etika deskriptif (descriptive ethics), yaitu mempelajari perilaku pribadi-pribadi manusia atau personal morality dan perilaku kelompok atau social morality. Dengan menganalisa bermacam-macam aspek dari perilaku manusia, antara lain: motif, niat dan tindakan-tindakan terbaik yang dilaksanakan. Kedua, pengertian perilaku moral seperti di atas harus dibedakan dengan apa yang seharusnya (etika normatif). Apa yang seharusnya dilakukan mendasarkan penyelidikan terhadap prinsip-prinsip yang harus dipakai dalam kehidupan manusia. Yaitu dengan menanyakan bagaimanakah cara hidup yang baik yang harus dilakukan. Ketiga, berkaitan dengan pengertian praktis. Dengan menjawab pertanyaan bagaimanakah menjalankan hidup dengan benar, atau bagaimana cara menjadi manusia yang benar (Harold H. Titus, 1984: 140).

Oleh karena itu lingkup persoalan etika dapat dijelaskan sebagai berikut: 

1. Etika Deskriptif

Etika deskriptif sering menjadi bahasan dalam ilmu sosiologi. Etika deskriptif bersangkutan dengan pencatatan terhadap corak-corak, predikat-predikat serta tanggapan-tanggapan kesusilaan yang dapat ditemukan dilapangan penelitian. Secara deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap tidak baik yang berlaku atau yang ada di dalam masyarakat. Etika deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam pengertian luas, seperti dalam adat kebiasaan, atau tanggapan-tanggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. 

Etika deskriptif adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan etika yang berusaha untuk membuat deskripsi yang secermat mungkin tentang yang dianggap tidak baik yang berlaku atau yang ada di dalam masyarakat. Etika deskriptif hanya melukiskan tentang suatu nilai dan tidak memberikan penilaian.

2. Etika Normatif

Etika dipandang sebagai suatu ilmu yang mempunyai ukuran atau norma standar yang dipakai untuk menilai suatu perbuatan atau tindakan seseorang atau kelompok orang. Dalam hal ini etika normatif menjelaskan tentang tindakan-tindakan yang seharusnya terjadi atau yang semestinya dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang. Etika normatif tidak seperti etika deskriptif yang hanya melibatkan dari luar sistem nilai etika yang berlaku, tetapi etika normatif melibatkan diri dengan mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia. 

3. Etika praktis

Etika praktis mengacu pada pengertian sehari-hari, yaitu persoalan etis yang dihadapi seseorang ketika berhadapan dengan tindakan nyata yang harus diperbuat dalam tindakannya sehari-hari. 

4. Etika Individual dan Etika Sosial

Adalah etika yang bersangkutan dengan manusia sebagai perseorangan saja. Di samping membicarakan kualitas etis perorangan saja, etika juga membicarakan hubungan pribadi manusia dengan lingkungannya seperti hubungan dengan orang lain. Etika individu berhubungan dengan sikap atau tingkah laku perbuatan dari perseorangan. Sedangkan etika sosial berhubungan dengan tingkah laku yang dilakukan oleh perseorangan sebagai bagian kesatuan yang lebih besar.

Sumber:
  • Baqir, Haidar. 2005. Buku: Saku Filsafat Islam. Bandung: Mizan
  • Bertens, K. 1993. Etika. Jakarta: Gramedia
  • Poespoprodjo. 1999. Filsafat Moral Kesusilaan Teori dan Praktek. Bandung: Pustaka Grafika
  • Sarwoko. Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
  • Widjajanti, Rosmaria Sjafariah. 2008. Etika. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta





Tidak ada komentar:

Posting Komentar